Gaji Impian Bisa Sulitkan Fabio Quartararo jika Tinggalkan Yamaha

Admin


GPMandalika - Manajer Fabio Quartararo, Eric Mahe, menyebut saat ini hanya Honda dan Ducati yang mampu memenuhi keinginan juara dunia MotoGP 2021 itu.

“Kami tidak tergesa. Tugas kami kini adalah mempelajari semua tawaran yang ada dan melihat seperti apa situasi yang berkembang,” ucap Mahe, beberapa waktu lalu.

Fabio Quartararo menambahkan: “Saya siap untuk setiap tawaran yang memberikan motor terbaik agar mampu bersaing untuk memenangi gelar.”

Quartararo mampu merebut gelar MotoGP musim lalu di atas Yamaha YZR-M1. Namun, kini situasinya berbalik 180 derajat. Saat para rival mampu mengembangkan motor pada musim dingin lalu, pembalap Prancis itu menilai Yamaha hanya jalan di tempat.

Kurangnya tenaga Yamaha M1, yang salah satunya berimbas pada top speed, menjadi salah satu hal teknis yang diprotes Quartararo. Ia pun menganggap hasil buruk pada awal musim ini merupakan imbas dari keluhan yang terkesan tidak ditanggapi pabrikan asal Iwata, Jepang, tersebut.

Dari empat balapan yang sudah digelar pada MotoGP 2022, Quartararo bagu sekali naik podium. Tepatnya saat finis P2 di GP Indonesia, saat dirinya juga mencetak pole position dan fastest race lap.

Namun saat balapan dalam kondisi normal, Quartararo hanya mampu masing-masing finis P9 di Qatar, P8 di Argentina, dan P7 di Amerika. Kini, ia hanya berada di posisi kelima klasemen dan tertinggal 17 poin dari Enea Bastianini (Gresini Racing MotoGP) di P1.

Pasar pembalap untuk MotoGP 2023 sepertinya akan dimulai oleh Fabio Quartararo, salah satu pembalap yang paling diinginkan tim-tim saat ini. Tim-tim selama ini pasti mencari pembalap bagus dengan harga (baca: gaji) yang bisa mereka jangkau.

Masalahnya, Quartararo kini tidak hanya mencari pabrikan yang mampu memberinya paket motor yang kompetitif. Pembalap berusia 22 tahun itu juga menginginkan gaji bernilai fantastis.

Seperti diungkapkan media asal Italia, Corriere dello Sport, Quartararo menginginkan kontrak dengan nilai dua digit dengan kata lain puluhan juta euro.

Padahal publik selama ini tahu bila kontrak dengan angka nol tujuh buah itu saat ini hanya dimiliki Marc Marquez di tim pabrikan Honda Racing Corporation (Repsol Honda). Atau, saat Ducati “membajak” Jorge Lorenzo dari Yamaha pada 2017.

Yamaha sendiri sudah menyebut siap memenuhi permintaan Quartararo. Pasalnya, hanya Quartararo yang kini mampu mengibarkan bendera Yamaha di MotoGP.

Masalahnya, jika El Diablo – julukan Quartararo – akhirnya bisa mendapatkan kontrak impiannya di Yamaha, ia juga harus siap bila pabrikan berlogo tiga garpu tala itu tidak mampu membuat motor yang kompetitif, seperti kejadian pada awal musim ini.

Kontrak pembalap bernilai besar jelas bukan wilayah Suzuki dan Aprilia. Musim lalu, kabarnya Aprilia nyaris kehilangan Aleix Espargaro.

Sebuah sumber di Spanyol menyebut bila kakak Pol Espargaro (Repsol Honda) itu tahun lalu hampir membuat kesepakatan dengan Yamaha setelah hengkangnya Maverick Vinales, yang belakangan justru bergabung ke Aprilia.

Jika Fabio Quartararo ingin menggeber Suzuki GSX-RR, yang membuatnya kagum saat berduel dengan Alex Rins dan Joan Mir di MotoGP Amerika lalu, ia harus bersedia menurunkan standar gajinya.

Dari sisi ekonomi, Honda memang sangat menginginkan dan mampu merekrut Fabio Quartararo. Masalahnya, apakah pemenang delapan Grand Prix, 21 podium, dan 16 pole kelas MotoGP itu bersedia dan siap bersaing dengan penguasa kelas premier satu dekade terakhir, di “rumahnya” sendiri (Honda)?

Di sisi lain, Ducati sepertinya lebih tertarik merekrut salah satu dari Bastianii atau Jorge Martin (Pramac Racing) untuk mendampingi Francesco Bagnaia di tim pabrikan.

Kendati begitu, pabrikan asal Borgo Panigale, Italia, tersebut harus mencari solusi agar tidak kehilangan para bintang mudanya itu, jika hanya satu yang bisa mereka ambil untuk skuad pabrikan. Pasalnya, Bagnaia sudah dikontrak sampai akhir MotoGP 2024./*

Komentar