Fabio Quartararo: Saya Tidak Fokus Memulai Musim karena Top Speed
by
Admin
•
GPMandalika - Pembalap Yamaha Fabio Quartararo memikul tanggung jawab atas awalan rumit untuk musimnya di MotoGP 2022, ketika sang juara dunia bertahan kehilangan fokus karena minimnya evolusi pada M1.
Fabio Quartararo memberi Yamaha gelar MotoGP pertamanya musim lalu sejak Jorge Lorenzo pada 2015. Memasuki libur musim dingin, El Diablo meminta bantuan para engineer pabrikan Iwata membenahi kekurangan power M1 yang tampak sudah akut.
Permintaan itu seperti sia-sia dan tidak menghasilkan efek yang diinginkan pembalap Prancis. Akibatnya, Quartararo frustrasi. Ia menghabiskan pengujian pramusim dengan mengeluh tentang kurangnya efisiensi divisi teknis Yamaha.
Mereka tentu saja memiliki waktu satu setengah tahun untuk menambah tenaga ke mesinnya. Tetapi versi baru memberi output hampir identik dengan prototipe sebelumnya alias nyaris mirip seperti motor 2021.
Beberapa bulan berlalu, perbedaan antara Quartararo saat tes dan yang akan pergi ke Grand Prix Jerman akhir pekan depan sebagai pemimpin klasemen setelah empat podium dalam lima race terakhir, termasuk dua kemenangan, benar-benar mencengangkan.
Situasinya sangat kontras dengan performa awal musimnya, yang melihat El Diablo finis di podium hanya satu kali dalam empat balapan pertama, yakni posisi kedua dalam GP Indonesia di Sirkuit Mandalika.
Sementara beberapa orang mungkin berpikir bahwa tren telah berbalik berkat perubahan teknis, pemuda asal Nice tersebut lebih memilih untuk menerimanya sebagai bagian dari tanggung jawab di Yamaha.
Quartararo mengakui stagnasi motor dalam aspek top speed telah mengalihkan fokusnya lebih dari yang diperlukan, sampai-sampai mencegahnya berada dalam kondisi untuk memberikan performa terbaik.
“Antara Februari dan hari ini, tidak ada yang berubah (dari motor). Apa yang berbeda adalah pada awal kejuaraan saya tidak fokus secara mental. Saya dapat melihat bahwa Yamaha belum move on, dan emosi menguasai saya dan menghalangi saya (maksimal),” ujarnya kepada Motorsport.com dalam wawancara di Catalunya.
“Saya agak terjebak (dengan rasa frustrasi), karena dalam 18 bulan evolusi, motor tidak meningkat dalam top speed, bahkan untuk 1 km/jam. Itu buruk bagi saya sebab dalam setahun saya beralih dari menyalip Alex Rins (Suzuki) di trek lurus menjadi melihatnya melewati saya.
“Saya bisa melakukan jauh lebih baik di Qatar dan Argentina, tapi dari Austin saya menerima apa adanya, fakta bahwa motornya kurang power dan tidak membaik. Saya berkata pada diri sendiri bahwa saya akan mendapatkan hasil terbaik yang saya bisa dengan apa yang saya miliki.
“Di Austin (GP Amerika), saya finis ketujuh, bertarung dengan Marc (Marquez), dan bagi saya itu hasil yang bagus. Kemudian kemenangan di Portimao datang, dan saya lalu berkata, ‘setop bicara soal top speed dan fokus pada apa yang harus dilakukan, yakni melaju secepat mungkin dan lihat bagaimana akhirnya'."
Sama seperti dirinya yang tak segan mengakui kesalahan besar tentang awal musim yang kurang fokus itu, Quartararo juga tidak ragu menjelaskan metodenya mengubah pola pikir berawal dari pekerjaannya pada 2019 dengan seorang psikolog. Kali ini El Diablo menerapkannya sendiri.
“Saya membuat perubahan ini sendiri. Saya bekerja dengan psikolog beberapa waktu lalu dan saya belajar banyak. Saya belajar bahwa tidak ada gunanya marah tentang sesuatu yang tidak dapat Anda ubah,” tuturnya.
“Untuk citra pribadi saya, itu buruk, untuk bekerja jadi masalah juga, dan apalagi kemarahan tidak akan membantu mendapatkan hasil yang baik,” tambah Quartararo, 23 tahun, yang makin dewasa seiring pertambahan usianya./*
Tags:
Menyiapkan Tautan
Mohon tunggu beberapa saat. Klik tombol di bawah ini jika tautan sudah berhasil dibuat.
Mohon Tunggu…
Komentar