Ducati Disinyalir Tidak Suka jika Tim Satelitnya Juara

Admin


GPMandalika - Mantan pembalap top MotoGP Marco Melandri memberikan pandangan dan analisisnya soal apa yang terjadi di Ducati dan hubungannya dengan Enea Bastianini.

Ketatnya persaingan serta sejumlah hasil di luar dugaan yang terjadi di Kejuaraan Dunia MotoGP musim ini ternyata menarik perhatian mantan pembalap top Marco Melandri.

Runner-up MotoGP 2005 itu juga mencermati apa yang terjadi di tim pabrikan Ducati, fenomena Enea Bastianini bersama Gresini Racing, serta makin menakutkannya Aprilia setelah berjuang dalam beberapa tahun terakhir.

Pemenang lima Grand Prix dan 20 podium dalam 139 start kelas MotoGP antara 2003-2010 dan 2015 tersebut juga melihat performa pabrikan yang makin merata. Hal itu bisa dilihat dari lima nama berbeda yang mampu memenangi tujuh balapan yang sudah digelar.

Terlepas dari performa juara dunia Fabio Quartararo (Monster Energy Yamaha MotoGP) yang stabil dan kini tengah memimpin klasemen, salah satu nama yang mencuri perhatian Melandri adalah Bastianini.

Pembalap asal Italia berusia 24 tahun itu kini mengoleksi kemenangan terbanyak, tiga. Menariknya, La Bestia (julukan Bastianini) hanya membela tim satelit Ducati, Gresini Racing. Ia juga memakai motor Ducati musim lalu, Desmosedici GP21.

Jika mampu mempertahankan performa dan situasi persaingan tidak banyak berubah, bukan tidak mungkin Bastianini menjadi juara dunia kelas premier pertama dari tim satelit.

“Saya sangat senang jika ada pembalap dari tim satelit yang mampu menjuarai MotoGP. Banyak alasan yang membuat saya mengungkapkan hal ini,” tutur Melandri seperti dikutip majalah Men on Wheels.    

“Saya selalu menyukai Bastianini. Saya juga memiliki hubungan dan kenangan spesial bersama Gresini,” ujar Melandri tentang tim yang dibelanya di MotoGP pada 2005-2007 serta 2010 dan 2015 tersebut.

Selama ini, banyak yang melihat Valentino Rossi menjadi satu-satunya pembalap yang mampu memenangi gelar kelas premier, MotoGP maupun 500cc, bersama tim satelit.

Rossi memang menjadi pembalap terakhir yang berhasil merebut gelar juara dunia kelas 500cc pada 2001 bersama Tim Nastro Azzurro.

“Sejak saya lahir pada 1982, adakah tim satelit yang pernah menjuarai MotoGP atau 500cc? Rossi (saat juara pada 2001) tidak memperkuat tim satelit. Memang timnya saat itu Nastro Azzurro. Namun ada orang-orang tim (Mick) Doohan yang mendukungnya penuh saat itu,” kata Melandri.

“Rossi saat itu sudah melebihi pembalap tim pabrikan dibanding siapa pun. Motor-motor yang dipakainya juga berada di Belgia, bukan Italia. Terbukti, tahun berikutnya ia langsung bergabung ke Repsol (skuad pabrikan Honda di MotoGP).”

Di sisi lain, Melandri juga menilai apa yang sudah dilakukan Bastianini dengan tiga kemenangannya sejauh musim ini berjalan, sungguh luar biasa. Melandri juga melihat Bastianini mampu konsisten bersaing keras di depan.

“Namun untuk memenangi (gelar), sebelum benar-benar terjadi saya takkan percaya. Jika ia bisa menjadi juara dunia, tentu saya akan sangat senang. Tetapi, masih banyak balapan di depan dan itu tidak mudah,” kata juara dunia kelas 250cc (kini Moto2) 2002 itu.

Melandri menjelaskan, jika Ducati ingin merebut juara dunia MotoGP, pasti mereka akan mati-matian mendukung Francesco Bagnaia sebagai pembalap tim pabrikan.

“Menurut pendapat saya, daripada naik podium bersama namun di belakang Bastianini, Bagnaia akan lebih memilih finis di belakang,” ucap Melandri.

“Saat membuat kesalahan kecil, ia tahu Bastianini akan melihat seberapa jauh dirinya tertinggal untuk kemudian memutuskan mengejar atau tidak. Dari rumah mungkin terlihat mudah. Tetapi, justru saat (mengejar) itulah kesalahan kerap terjadi.”

Kesempatan terbesar sebuah tim satelit memenangi gelar juara dunia MotoGP, menurut Melandri, terjadi pada 2020, saat Quartararo dan Franco Morbidelli membela skuad Petronas Yamaha SRT.  

“Bila nanti Bastianini lebih berpeluang besar merebut gelar daripada pembalap tim pabrikan Ducati, saya tidak yakin mereka lebih memilih La Bestia dibanding pabrikan lain,” tutur Melandri yang pernah memperkuat tim pabrikan Ducati di MotoGP pada 2008.

“Menurut pendapat saya, mereka (Ducati) hampir memilih untuk tidak memenangi (gelar) daripada membiarkan tim satelit merebutnya. Namun, itu semua hanya pendapat saya.”/*

Komentar